7 Street Food Asia yang Bikin Kaget, Tapi Laris Manis!

Ini dia 7 "Street Food" di benua asia yang Bikin Kaget karena diluar nalar, Tapi Laris Manis!

Asia dikenal sebagai surganya street food. Tapi di balik aroma menggoda dan antrean panjang, ternyata banyak jajanan jalanan yang bisa bikin turis kaget — bahkan geli. Tapi anehnya, makanan-makanan ini justru laris manis diserbu pembeli setiap hari! Kenapa bisa begitu?

Dari serangga goreng hingga balut berdarah, inilah tujuh street food ekstrem dari Asia yang mungkin bikin kamu mikir dua kali sebelum mencoba. Tapi kalau berani, siap-siap ketagihan!

1. Balut – Filipina

Balut - Telur embrio bebek dari Filipina
Balut – Telur embrio bebek yang jadi camilan malam favorit warga Filipina.

Balut adalah telur bebek yang diinkubasi selama 14–21 hari, lalu direbus dan dimakan langsung dari cangkangnya. Isinya sudah berbentuk embrio hampir engkap dengan paruh beserta bulu tipis. Meskipun bagi banyak orang tampak mengerikan, warga Filipina menyebutnya sebagai superfood karena kaya protein dan dipercaya meningkatkan stamina pria.

Balut biasa dijual oleh pedagang kaki lima saat malam hari dan disantap dengan sedikit garam atau cuka. Sensasinya? Perpaduan antara lembut, kenyal, dan... mental yang harus siap.

2. Serangga Goreng – Thailand

Serangga goreng jalanan di Thailand
Jajanan favorit turis di Khao San Road – belalang, jangkrik, dan ulat sutra goreng!

Kalau kamu jalan-jalan ke Thailand, apalagi di daerah backpacker seperti Khao San Road, jangan kaget kalau tiba-tiba ditawari sepiring belalang, ulat, atau jangkrik goreng renyah! Serangga-serangga ini digoreng garing dengan minyak panas, diberi bumbu asin-gurih, dan dijajakan di troli pinggir jalan.

Meski terlihat ekstrem, nyatanya banyak turis mencoba karena penasaran atau tantangan viral. Serangga juga dianggap sumber protein berkelanjutan yang ramah lingkungan. Kamu berani coba satu tusuk?

3. Sannakji – Korea Selatan

Sannakji – Gurita mentah Korea yang masih bergerak
Sannakji – Potongan daging gurita hidup yang masih bergerak saat dimakan.

Suka sashimi? Tunggu sampai kamu ketemu sannakji di Korea Selatan. Ini adalah makanan khas dari potongan gurita mentah yang disajikan secara hidup-hidup atau tidak di bunuh terlebih dahulu dan masih bergerak di piring! Biasanya disajikan bersama minyak wijen dan biji wijen. Teksturnya kenyal dan rasanya segar — tapi butuh keberanian untuk menelan sesuatu yang masih bergerak di mulut.

Tips penting: kunyah sampai benar-benar halus sebelum ditelan, karena daya hisap tentakel gurita bisa menempel di tenggorokan. Seram tapi jadi daya tarik bagi pencari tantangan kuliner.

4. Shirako – Jepang

Shirako - Organ reproduksi ikan jantan
Shirako – Sajian lembut berbahan dasar organ reproduksi ikan jantan di Jepang.

Shirako secara tidak langsung diartikan sebagai "anak putih", yang merujuk pada sperma dari kantong ikan berjenis jantan —yang biasanya dari jenis ikan cod, buntal, atau anglerfish. Bagi yang belum terbiasa, makanan ini bisa mengejutkan karena tampilannya lembek dan berwarna pucat.

Namun bagi pecinta kuliner Jepang kelas atas, shirako adalah delikates musim dingin yang bertekstur lembut seperti krim dan bercita rasa umami. Disajikan mentah, direbus, atau dipanggang, makanan ini menunjukkan betapa Jepang memuliakan setiap bagian dari bahan pangan laut secara artistik.

Dari perspektif budaya, shirako menantang persepsi umum tentang makanan "aneh". Padahal, Jepang memandangnya sebagai simbol kelezatan musiman dan keterampilan penyajian tinggi.

5. Isaw – Filipina

Isaw - Usus ayam panggang khas Filipina
Isaw – Usus ayam panggang yang dibersihkan berkali-kali sebelum dibakar dengan bumbu manis.

Isaw adalah makanan khas dari usus ayam atau babi yang dibersihkan, dililitkan pada tusuk sate, lalu dipanggang di atas bara api langsung dengan bumbu yang manis khas dari Filipina. Di banyak negara, jeroan ini sering dihindari karena dianggap ‘kotor’, tapi di Filipina, justru menjadi favorit di sore hari.

Usus harus dibersihkan berkali-kali untuk memastikan rasa bersih dan tekstur kenyal khasnya. Disajikan bersama saus cuka atau saus manis pedas, isaw adalah representasi dari pemanfaatan maksimal bahan makanan, sekaligus kreativitas kuliner rakyat.

Dari analisis sosial ekonomi, street food seperti isaw mencerminkan keberanian warga lokal dalam menyulap bagian hewan yang sering dibuang menjadi sajian ikonik yang mendatangkan keuntungan dan membuka peluang UMKM kuliner.

6. Tokneneng – Filipina

Tokneneng - Telur puyuh goreng berbalut tepung oranye
Tokneneng – Telur puyuh berbalut adonan oranye terang yang digoreng renyah.

makanan Tokneneng adalah jenis olahan dari telur puyuh yang direbus dan dibalut dengan adonan tepung berwarna oranye terang lalu digoreng. Sekilas tampak seperti jajanan anak-anak, tapi jangan salah—makanan ini jadi favorit pekerja kantoran dan pelajar di sore hari di Filipina.

Warna oranye khas berasal dari pewarna makanan lokal, dan sering disajikan dengan saus asam-manis atau cuka pedas. Meskipun tampilannya mencolok dan dianggap 'norak' oleh sebagian turis asing, tokneneng punya tempat khusus di hati masyarakat setempat.

Dalam tinjauan tren urban street food, tokneneng menunjukkan bagaimana makanan bisa jadi alat identitas visual — mudah dikenali, unik secara warna dan bentuk, dan menyatu dengan ritme hidup kota.

7. Durian Goreng – Indonesia, Malaysia, Thailand

Durian Goreng - Street food unik dari buah yang paling kontroversial
Durian goreng – Camilan populer dari buah yang banyak dicintai dan juga dibenci banyak orang.

Durian sudah terkenal sebagai “raja buah” di Asia Tenggara, tapi aromanya yang menyengat membuatnya dibenci sekaligus dipuja. Beberapa negara didunia bahkan melarang makanan berjenis durian dibawa ke dalam hotel atau transportasi umum.

Namun di tangan para pedagang jalanan kreatif, durian diolah menjadi durian goreng — potongan daging durian dibalut adonan dan digoreng hingga renyah. Hasilnya adalah penggabungan luar biasa antara rasa legit, tekstur creamy, dan lapisan luar yang crispy membuat rasanya menjadi nikmat.

Secara budaya, durian goreng adalah bukti dari bagaimana masyarakat di Asia Tenggara tak hanya melestarikan rasa, tapi juga menantang persepsi dunia lewat inovasi kuliner jalanan yang anti-mainstream ini.

Analisis: Kenapa Street Food Ekstrem Tetap Laris?

Dari perspektif analis kuliner, ada tiga alasan utama kenapa street food ekstrem Asia tidak hanya bertahan, tapi juga digemari banyak orang:

  • 1. Autentik dan Merakyat: Makanan-makanan ini mencerminkan selera asli masyarakat lokal dan menyatu dalam budaya sehari-hari.
  • 2. Pengalaman Unik: Wisatawan selalu mencari sesuatu yang baru dan berbeda. Makanan ekstrem memberikan tantangan sekaligus cerita menarik untuk dibagikan.
  • 3. Visual yang Viral: Dari tampilan yang nyentrik hingga cara penyajian yang tidak biasa, street food ekstrem sangat cocok jadi konten sosial media.

Warisan Tak Tertulis dari Jalanan Asia

Street food ekstrem bukan hanya soal makan—ia adalah cerita, sejarah, dan identitas. Di balik tiap tusuk balut atau lapisan adonan tokneneng, ada perjuangan pelaku UMKM, adaptasi sosial, dan inovasi kuliner yang diwariskan lintas generasi.

Misalnya, durian goreng yang awalnya sekadar alternatif olahan buah kini menjadi simbol kreativitas pasar rakyat. Shirako di Jepang membuktikan bahwa cita rasa tak selalu datang dari bentuk yang cantik, tapi dari teknik dan kepercayaan budaya.

Tips Buat Kamu yang Mau Coba

  • Pilih tempat yang bersih: Pastikan penjual memiliki standar kebersihan baik.
  • Cari rekomendasi lokal: Tanya warga setempat atau cek ulasan online.
  • Mulai dari yang ringan: Seperti tokneneng atau durian goreng sebelum coba sannakji atau balut.
  • Jangan lupa dokumentasi: Momen pertama mencoba bisa jadi konten yang menarik!

Penutup

Street food ekstrem di Asia bukanlah sekadar makanan — ia adalah bentuk ekspresi budaya, keberanian melawan standar konvensional, dan bukti bahwa rasa itu soal pengalaman, bukan sekadar bahan. Jadi, dari tujuh makanan di atas, mana yang bikin kamu penasaran?

Jangan cuma lihat, coba langsung dan rasakan sendiri petualangan lidah dari jalanan Asia!

Artikel terkait